Cinta Itu Memang Menarik

30 12 2009

bismillahirrahmanirrahim

Cinta memang sudah merupakan bagian dari fitrah manusia. tidak ada manusia yang hidup di dunia ini tanpa pernah merasakan cinta. cinta kepada orang tua, cinta kepada dunia ini, cinta kepada lawan jenis, bahkan cinta kepada diri sendiri. Cinta memberikan kekuatan yang sangat besar bagi yang mengejarnya hingga bisa melupakan dirinya sendiri seperti cinta para mujahid kepada Allah sehingga mujahid rela mengorbankan semuanya hanya demi mencari keridhaan yang dicintai yaitu Allah.

Bagi para pemuda, terdapat cinta yang sangat khusus menyebar yaitu cinta kepada lawan jenis seperti yang biasa kita lihat pada pergaulan sekarang. Banyak yang terjebak pada tipuan cinta ini tetapi tidak sedikit juga yang dapat mengendalikan diri untuk dapat menahan gejolak hati hingga saatnya ikatan yang sah, yaitu akad.

Cinta adalah energi, energi yang menggerakkan, energi yang menghidupkan, dan energi yang memberi semangat. Tetapi layaknya semua hal, energi ini harusnya dibatasi, haruslah dikekang sehingga tidak membakar hati yang akan membuat kita melanggar aturan – aturan Allah – secara simplenya kita jadi pacaran-. Dibutuhkan pengetahuan mengenai syariat Allah tentang mana yang halal dan mana yang haram dalam cinta. tetapi pengetahuan saja tidaklah cukup, masih banyak sahabat – sahabat kita yang sudah mengerti mengenai hukum – hukum Islam mengenai cinta tapi tetap saja mereka terjebak walaupun ada yang mengatakan beribu alasan untuk membela diri.

Selain pengetahuan, diperlukan juga ketegasan kita untuk memilih yang halal, ketegasan kita untuk memilih yang diridhai Allah, ketegasan kita untuk mengatakan “tidak” pada berbagai godaan yang muncul dengan banyak alasan yang menipu kita secara halus. ketegasan kita untuk menunggu hingga saatnya hubungan cinta dihalalkan hanya dengan akad, tidak dengan khitbah atau yang lain, tetapi hanya dengan akad.

Dibutuhkan juga logika yang akan menentukan pilihan kita, dimana sering kali logika kita kalah dalam memilih pasangan karena sudah terjebak oleh perasaan cinta yang membutakan akal. Jangan sampai pilihan kita hanya sebatas cinta belaka, karena cinta sangat bisa menipu

Dan yang terakhir adalah dibutuhkan perasaan ikhlas kita untuk menerima ketentuan Allah bahwa yang kita cintai mungkin memang tidak sesuai untuk kita karena sang Khaliq tentu lebih mengenal makhluk daripada makhluk mengenal dirinya sendiri.

hanya kepada Allah lah kita berlindung dari godaan cinta yang tidak halal





Tahun Baru Tiba Lagi

30 12 2009

bismillahirrahmanirrahim

Tahun baru, walaupun tahun baru Hijriah , sangatlah tidak perlu untuk dirayakan, diperingati, atau apapun bentuk kegiatan yang bernuansa menganggapnya sebagai hari yang spesial. Pada akhirnya pun tahun baru hanyalah perpindahan hari dari siang menjadi malam.

Sangatlah disayangkan malah banyak acara – acara hiburan yang diadakan untuk memperingati pergantian tahun baru ini, acara – acara yang  justru membuat kita semua melupakan satu sisi baik dari peringatan pergantian tahun ini yaitu introspeksi diri.

Introspeksi diri, walau harusnya dilakukan tiap hari, di akhir tahun akan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. apa saja hal yang telah kita capai, apa saja impian kita yang belum terlaksana, apa saja target kita yang telah terealisasikan dan belum dijinkan oleh Allah untuk terealisasi. Semua hal ini akan tampak pada saat introspeksi. melihat kembali siapa diri kita, jalan yang ingin kita tempuh, dan sejauh mana sudah kita menempuh jalan itu, itulah introspeksi.

Tidaklah menjadi masalah kita merayakan tahun baru ini dengan acara apa ataupun  dengan siapa kita merayakan, atau bahkan tidak merayakan sama sekali, tetapi yang paling penting adalah sudahkah kita menilai diri kita sendiri.

Semoga kita masih diberi kesempatan untuk menilai diri kita sebelum kita dinilai oleh ilah kita Allah.

Allahumma haasibni hisaaban yasiiraa

Ya Allah, hisablah aku dengan hisab yang ringan

amin





Penghuni Terakhir Neraka

23 11 2009

Az Zuhri berkata, ‘aku diberitakan hadist oleh Said Ibnul Musayyab dan Atha’ bin Yazid al Laitsi, bahwa Abu Hurairah memberitakan hadist pada keduanya,’Sesungguhnya orang – orang bertanya kepada Rasulullah saw., ‘wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Tuhan kita pada hari kiamat?’ Rasulullah bersabda, ‘ Apakah kalian terhalang dan meragukan melihat bulan pada malam purnama yang tanpa terhalang oleh awan? Mereka menjawab,’ tidak wahai Rasulullah.’ Rasulullah bertanya lagi, ‘apakah kalian terhalang dan meragukan melihat matahari tanpa terhalang oleh awan?’ Mereka menjawab,’Tidak.’ Rasulullah saw bersabda, ‘Demikian pula kalian akan melihat Allah SWT seperti itu; manusia dibangkitkan pada hari kiamat. Maka Allah SWT berfirman, ‘ barangsiapa telah menyembah sesuatu, maka hendaklah dia mengikutinya !’ Maka, di antara manusia ada yang mengikuti matahari, dan di antara manusia ada yang mengikuti bulan, di antara manusia ada yang mengikuti para thaghut. Kemudian yang tersisa adalah umat (islam) ini, di antara mereka ada yang munafi. Kemudian Allah SWT mendatangi mereka, seraya berfirman, ‘ Aku adalah Tuhan kalian.’ Maka, mereka akan menjawab,’Ini adalah tempat kami hingga Tuhan kami mendatangi kami, dan bila Tuhan kami datang maka kami pasti akan mengenal-Nya.’

Kemudian Allah SWT mendatangi mereka lagi, seraya berfirman,’Aku adalah Tuhan kalian.’ Maka mereka akan menjawab,’ Engkau adalah Tuhan kami.’ Maka Allah SWT memanggil mereka, kemudian shirath(jembatan) antara dua sisi neraka jahanam dipasang. Kemudian aku adalah orang pertama yang dibolehkan dari para rasul untuk melintasinya bersama masing – masing umatnya, dan tidak ada seorangpun yang berbicara pada saat itu kecuali para rasul. Ucapan doa para rasul pada hari itu adalah, ‘Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.’

Di dalan neraka jahanam terdapat kalalib (besi seperti kali pancing) seperti duri pohon Sa’danah.’ Apakah kalian telah melihat pohon Sa’danah?’ Mereka menjawab,’ Ya.’ Rasulullah saw. bersabda , ‘ Sesungguhnya kalalib itu seperti duri pohon Sa’danah. Namun, tidak ada yang mengetahui ukuran besarnya melainkan hanya Allah SWT semata – mata, dia menyambar manusia sesuai dengan amalan – amalan mereka. Maka, diantara mereka ada yang ditutupi dan dilindungi oleh amalnya, dan di antara mereka ada yang jatuh kemudian selamat. Sehingga jika Allah ingin memberikan rahmat pada ahli neraka, maka Allah memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan mereka yang pernah menyembah Allah lalu malaikat mengeluarkan mereka. Mereka dikenal dengan tanda bekas sujud pada wajahnya dan Allah mengharamkan neraka untuk memakan tanda bekas sujud sehingga mereka dikeluarkan dari neraka. Jadi, semua anggota tubuh anak Adam akan dimakan oleh api neraka kecuali tanda bekas sujud.

Kemudian mereka keluar dari neraka, dan mereka telah terbakar. Lalu disiramkan atas mereka maa’ul hayaah (air kehidupan). Kemudian mereka tumbuh sebagaimana tumbuhnya bibit benih di pinggiran aliran sungai. Kemudian Allah SWT menyelesaikan keputusan antara hamba – hamba Nya, kemudian tersisa seorang yang berada di antara surga dan neraka, dan dia adalah penduduk neraka terakhir yang masuk ke surga. Dia menghadap dengan wajahnya ke neraka seraya berkata, ‘Wahai Tuhanku, palingkan dan jauhkan wajahku dari neraka. Baunya telah menyesakkanku, dan jilatan apinya telah menghanguskanku.’ Kemudian Allah SWT berfirman, ‘Apakah kamu akan meminta yang lain lagi bila permintaanmu dipenuhi?’ Dia menjawab, ‘Tidak, demi keagungan-Mu.’

Kemudian Allah SWT menganugerahkan apa yang dimintanya sesuai janji dan sumpahnya, maka Allah SWT menjauhkan wajahnya dari neraka. Namun ketika wajahnya dihadapkan ke surga dan dia melihat keindahannya dia berdiam diri beberapa saat sesuai keinginannya. Kemudian dia berkata,’ Wahai Tuhanku, majukanlah diriku ke pintu surga.’ Maka Allah SWT berfirman,’ Bukankah kau telah menyatakan janji dan sumpah kepada-Ku bahwa kau tidak akan meminta selain apa yang telah kau minta?’ Kemudian dia berkata,’ Wahai Tuhanku, jangan sampai aku menjadi makhluk – Mu yang paling menderita dan hina.

Kemudian Allah SWT berfirman,’ Apakah kau akan berusaha meminta yang lain lagi bila permintaanmu Aku penuhi?’ Dia menjawab,’ Tidak, demi keagungan-Mu. Aku tidak akan meminta yang lainnya.’ Kemudian Allah SWT menganugerahkan apa yang dimintanya sesuai janji dan sumpahnya, maka Allah SWT memajukan dia hingga ke pintu surga. Namun ketika dia sampai ke  pintu surga, dan melihat taman – taman dan perhiasan – perhiasannya, dan segala kenikmatan dan kebahagiaan, dia berdiam diri sesaat sesuai keinginannya. Kemudian dia berkata,’ Wahai Tuhanku, masukkanlah diriku k surga.’ Maka Allah SWT berfirman,’ Wahai anak Adam! Betapa khianatnya kau! Bukankah kau telah menyatakan janji dan sumpah kepada – Ku bahwa kau tidak akan meminta selain dari apa yang telah diberikan kepadamu?’ Kemudian dia berkata,’Wahai Tuhanku, jangan jadikan diriku sebagai makhluk – Mu yang paling menderita dan hina.’

Kemudian Allah SWT tertawa karenanya, lalu mengizinkannya masuk surga. Kemudian Allah SWT berfirman,’Berangan – anganlah !’ Kemudian dia berangan – angan hingga angan – angannya yang paling ujung. Allah SWT berfirman,’Tambahlah anganku begini dan begini.’ Tuhannya selalu mengingatkannya tentang angan – angannya hingga angan – angannya berakhir, kemudian Allah SWT berfirman, ‘Bagimu seperti anganmu itu dan yang semisal dengannya.’

Hadist ini diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim, dan Ibnu Khuzaimah dalam kitab At Tauhid.





Kisah Juraij sebagai introspeksi bakti pada orang tua

27 05 2009

Bismillah

Mungkin saat kita mendengar kata berbakti pada orang tua, timbul kesan bahwa semua itu cukuplah dengan membahagiakan orang tua lewat belajar rajin, membelikan hadiah yang menyenangkan orang tua, sering menelopon orang tua mengabarkan kondisi kita sehingga mereka tidak khawatir, dan beberapa perbuatan – perbuatan lainnya. Semua itu benar, semua tindakan itu memang termasuk perbuatan berbakti pada orang tua dimana esensinya adalah membuat orang tua senang dan bahagia, tentu saja dalam parameter – parameter islam.

Tapi jika kita melihat sebuah kisah yang terjadi pada masa bani israil yang disebutkan dalam hadist di kitab Adabul Mufrad karya Imam Bukhari dan Muslim dalam bab Al Birr ternyata cakupan berbakti itu sangat dalam.

Dalam kisah tersebut dikisahkan tentang seorang ahli ibadah yang bernama Juraij. Rasulullah berkata, “Juraij adalah seorang ahli ibadah yang membangun suatu biara. Suatu ketika penggembala sapi singgah di biaranya dan ada seorang wanita pelacur berbuat zina dengan penggembala tersebut.

Suatu hari ibu Juraij datang dan memanggil, sementara ia sedang sholat. Maka ia berkata, “Tuhanku, itulah ibuku, dan aku sedang sholat,” maka ia melanjutkan sholatnya sehingga ibunya pulang. Esok harinya ibunya datang kembali di waktu Juraij sedang sholat dan ia tidak menyambut panggilan ibunya lagi. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, itulah ibuku dan aku sedang sholat.” Kemudian ibunya datang ketiga kalinya ketika Juraij sedang sholat. Ia berkata, “Tuhanku, itulah ibuku dan aku sedang sholat.”

Ketika itu marahlah ibu Juraij dan berdoa, “Ya Allah, jangan matikan ia sehingga melihat wajah wanita pelacur.” Beberapa saat kemudian datang penguasa membawa wanita (pelacur) yang baru melahirkan dan ia ditanya, “Dari laki – laki siapa anak itu dilahirkan?” Ia (pelacur) menjawab, “Juraij”. Ia ditanya lagi, “Bukankah dia penjaga biara itu?” Pelacur itu menjawab, “Ya.” Lalu  penguasa memerintahkan orang – orang, “Hancurkan biara itu dan bawa Juraij ke sini!” Lalu dihancurkanlah biara itu dan Juraij diborgol dan lehernya diikat dengan tali, dibawalah Juraij di depan para perempuan – perempuan pelacur dan mereka menyaksikannya sembari tersenyum.

Juraij berkata, “Wahai raja, mengapa kamu berbuat demikian kepadaku?” Penguasa itu menjawab, “Kau telah berbuat zina dengan wanita ini sehingga lahirlah anak itu darimu!” Lalu berkatalah Juraij, “Dimanakah bayinya itu?” Orang – orang berkata, “Ini bayinya bersama ibunya.” Lalu Juraij mendekatinya dan (bertanya pada bayi itu), “Siapa ayahmu?” Bayi itu menjawab, “Si penggembala sapi!”

Mendengar jawaban si bayi itu, sang penguasa berkata pada Juraij, “Sukakah kamu jika kami membangunnya kembali biara itu dengan emas?” Juraij menjawab, “Tidak.” Ia bertanya lagi, “Dengan perak?” Juraij menjawab , “Tidak.” Penguasa itu bertanya lagi, “Lalu kami bangun dengan apa?” Jawab Juraij, “Kembalikanlah seperti semula. ” Penguasa itu bertanya lagi, “Kenapa engkau tersenyum wahai Juraij?” Jawab Juraij, “Telah kuketahui urusan ini karena panggilan ibuku, ” kemudian Juraij menceritakannya.

Dari kisah diatas, ternyata tidak memenuhi panggilan ibu ketika beliau memanggil kita bahkan ketika kita sedang sholat dapat menyebabkan Allah menghukum kita. Apalagi kalau lebih dari itu, penulis (saya) bukanlah orang lepas dari kesalahan, terkadang juga melakukan hal – hal salah, bahkan mungkin tanpa sadar ataupun sengaja pernah melakukan kesalahan ini astaghfirullah.

Dengan tulisan ini kita semoga dapat lebih memahami arti berbakti. Memahami pengorbanan orang tua kita, terutama ibu. Bukankah ridha Allah terletak pada ridha orang tua? dan bagaimana kita bisa masuk surga jika orang tua kita marah pada kita?





Ironi perayaan tahun baru

1 01 2009

Tahun baru Masehi sudah datang, bahkan baru saja datang beberapa jam yang lalu. Banyak dari kita yang merayakannya, aku juga termasuk. Walau aku cuma makan2 saja bersama teman2. Tidak sampai jalan2 ataupun menyulut kembang api.

Tapi entah kenapa ada sesuatu yang aneh, apa sih sebenarnya dirayakan. Apa yang sebenarnya membuat kita bahagia waktu itu. Terlepas dari kita tidak  membicarakan soal kondisi Palestina yang sedang dihujani bom oleh Israel ketika kita sibuk membakar uang untuk pesta kembang api ataupun sekedar menikmati pesta kembang api sambil makan  minum produk yahudi yang secara tidak langsung juga membantu yahudi.

Tapi ada ironi yang muncul. Muncul pertanyaan, apa sajakah yang sudah kita lakukan selama tahun lalu? Apakah kita sekedar “hidup” saja tanpa visi dan misi yang jelas? Pertanyaan berikutnya adalah, apa saja rencana kita tahun depan? Apakah masih tetap tanpa rencana? Ataukah kita sudah membuat rencana tetapi tanpa implementasi seperti tahun lalu?

Semoga kita tidak temasuk orang yang menyia-nyiakan waktu, seandainya dulu kita seperti itu, semoga sekarang kita tidak termasuk golongan yang akan merugi karena hidup sia – sia ataupun boros waktu.

Astaghfirullah





Nikah itu Logika, bukan sekedar “cinta”

1 01 2009

Menikah merupakan fitrah manusia. Tiap diri kita sudah dijadikan memiliki kecenderungan untuk suka pada lawan jenis, yang pada akhirnya mendorong kita untuk menikah. Jadi menikah merupakan hal yang biasa aja bagi kita, tidak perlu dilebih-lebihkan.

Terdapat fenomena yang cukup menarik menilik perkembangan dunia skrg, dimana nikah dini menjadi sebuah trend di kalangan mahasiswa atau kalangan terpelajar – tentu saja nikah dini di lingkungan pedesaan tidak menarik untuk diikuti -. Banyak terjadi pernikahan antara mahasiswa ketika mereka masih duduk d bangku kuliah ataupun segera setelah lulus. Terkadang juga terdapat pernikahan sebelum masuk kuliah ataupun setelah lulus SMA.

Tidak ada yang salah dengan hal itu, itu malah sesuai dengan sunnah Rasul karena Rasul menganjurkan agar pemuda dan pemudi yang sudah siap untuk segera dinikahkan.

Tetapi apakah masalah menikah itu semudah itu ? Ternyata menikah itu tidaklah sesimple itu. Menikah memerlukan banyak pertimbangan, logika menjadi acuannya, tidak sekedar cinta atau perasaan suka. Walau harus diakui bahwa cinta juga berperan besar. Islam sendiri menganjurkan untuk melihat wajah calon pasangan kita sebelum menikah untuk untuk menambah perasaaan cinta kita kepada calom pasangan kita.

Kembali ke pernikahan menuntut peran logika yang besar. Syarat utama menikah memang kemandirian dalam finansial dan kedewasaan kita. Tapi tidak cukup cuma itu. Kita juga harus juga memikirkan tentang visi kita dan visi calon pasangan kita. Bagaimanakah nanti saat membangun keluarga,  bagaimana cara mendidik anak bila dikaruniai oleh Allah. Selain itu juga  soal life style kita juga harus diperhatikan, jangan sampai terjadi masalah hanya karena perbedaan life style yang terlalu mencolok.

Rasul juga menyebutkan 4 alasan kenapa seorang wanita dinikahi, yaitu karena agamanya, hartanya, nasabnya, ataupun karena kecantikannya. Tidak masalah kita mencari pasangan yang cantik, kaya, keturunan bangsawan atau ulama, asalkan agama menjadi pertimbangan utama dalam memilih pasangan. Terlihat bahwa disini kita juga diharuskan memakai logika dalam mencari calon pasangan hidup, tetapi sekali lagi tidak menghapuskan peran cinta atau perasaan suka.

Dengan menikah, berarti kita memadukan dua individu yang berbeda. Individu yang memiliki pemikiran, paradigma, life style, dan impian yang mungkin saja berbeda. Tapi tidak menutup kemungkinan juga sama. Dibalik semua itu,pernikahan tidak usah dibuat rumit, tapi juga jangan dibuat terlalu mudah, kita tidak boleh melupakan logika kita dalam mencari calon pasangan. Kita tidak boleh tenggelam dalam perasaan suka atau cinta buta yang bisa berakibat merugikan nantinya





Raja yang baik dan Raja yg jahat

11 11 2008

Dikisahkan ada dua buah kerajaan yang berbeda. Satu kerajaan dipimpin oleh raja yang baik dan satu lagi raja yang jahat.

Suatu ketika dua raja itu mendapat sakit parah yang bersamaan. Kedua raja itu mengerahkan semua kekuasaannya untuk mencari obatnya. Tetapi keanehan terjadi, ternyata yang mendapatkan obatnya adalah raja yang jahat bukan raja yang baik, dimana secara logika seharusnya raja yang baik lah yang mendapatkan obat bukan raja yang jahat.

Ternyata ada rahasia dibalik itu. Raja yang baik tidak mendapatkan obat untuk penyakitnya hingga dia mati karena penyakit itu adalah karena dia masih menyimpan dosa. Allah sengaja tidak menganugerahkan obat karena ingin menghapus dosa raja itu, sehingga saat dia menghadap Allah dia tidak membawa dosa.

Raja yang jahat sendiri mendapatkan obat adalah karena dulu dia pernah berbuat kebaikan. Allah ingin membalas kebaikan dia di dunia, sehingga dia tidak membawa lagi kebaikan saat menghadap Allah.

Saat kita mendapat sebuah hal yang baik mari kita ingat kisah diatas, semoga kebaikan yang kita dapat dari Allah bukanlah sebuah kebaikan yang disegerakan di dunia sehingga mengurangi pahala kebaikan kita di akhirat.

astaghfirullah





Mencari Impian Baru ^_^

10 11 2008

Satu impian sudah terlaksana, walau aku sendiri merasa masih banyak kegagalan yang terjadi.Tapi waktu tidak bisa mundur kebelakang, kita hanya bisa maju. Semua yg terjadi tidak bisa disesali.

Sudah saatnya mencari impian baru, menitipkan impian lama pada generasi penerus. Generasi yang memiliki energi baru, semangat tinggi, pemikiran – pemikiran yang mungkin lebih segar, dan kreativitas yang lebih tinggi.

Karena ini adalah saatnya kalian untuk membuktikan diri, sekarang bukan lagi zaman kami. Sekarang adalah panggung kalian.

Aku akan tetap mengawasi, sembari mencari impian baru untuk dikejar.

Mencari sesuatu yang sebenarnya aku cari sejak dulu, tp mgkn itu ada di dekatku tanpa aku sadari.

Sekarang MSTEI milik kalian, jaga baik2 ya 🙂 -mulai jum’at 14 Nov 08, hehe-

sedangkan aku akan mencari impianku.

Semangat ya ^_^





Menjadi tipe orang yg dulu tak ku suka (sampai sekarang masih)

14 09 2008

Bismillah

Perjalanan hidup seseorang benar2 tidak bs diduga, takdir seperti sesuatu hal yang ada di balik pintu
. Pintu itu pasti akan kita buka, tp kita tidak akan tau isinya hingga kita masuk.

Allah memang Maha Perencana

Zaman kuliah ini entah disebut keberuntungan atau malah ujian aku sendiri tidak tau, tp kayknya cenderung ke ujian, aku mendapat salah satu keinginanku saat sma. Selain itu ucapanku waktu tingkat 1 juga ada yg tercapai, walau pada saat itu aku tidak begitu serius mengatakannya.

Yang aneh malah sekarang aku harus menjadi tipe orang yang dulu aku sma sekali g suka, memang benar kata Rasul klo kita benci sesuatu jangan terlalu benci dan klo suka sesuatu jangan terlalu suka.

In the end, semua telah terjadi, tinggal dihadapi dan dilaksanakan saja :))

tunggulah aku 2 tahun lagi





Ibadah tanpa hati

11 09 2008

Tanpa tersadar, entah karena sebab apa

Apakah karena tersibuk oleh urusan organisasi ( g mungkin yg ini soalnya aq bukan aktivis), ato karena mikirin kuliah terus, ataukah perhatian teralihkan karena sesuatu yang lain ( yg ini parah).

Tapi yang pasti nilai ibadah yg ada terasa semakin jauh saja. Kalau sekedar ibadah sebagai ritual saja maka tidak ada masalah. Karena Ibadah semacam ini cuma dianggap sebagai rutinitas, cuma sekedar untuk memenuhi kewajiban saja. Padahal yg bisa membuat kita masuk ke surga adalah rahmat Allah, bukan ibadah kita, sebanyak apapun itu. Lantas apakah kita berani mengharapkan rahmat Allah jika ibadah kita tidak khusyu’ (tanpa hati)?

Nilai ibadah yg sebenarnya menunjukkan rasa syukur kepada Allah yg dibuktikan dengan ikutnya hati beribadah (bukan sekedar fisik yg melakukan rukun2 ibadah) tergantikan dengan kegiatan2 hambar mengejar tuntutan kewajiban dari Allah atau bahkan cuma beban2 yg diberikan oleh orang lain.

Klo seperti ini terus mau dibawa kemana diriku ini ???

Yang pasti semua menunjukkan bahwa ada yg salah bahkan perlu segera dibenahi dari diriku.

Ampunilah aku ya Allah, jangan Engkau sesatkan setelah Engkau anugrahkan petunjuk